PEMBAHASAN SIMULASI KSN BIOLOGI 2023 NO. 19

 

Gambar 1. Ibex, Kambing yang hidup didaerah berbatu dan dataran tinggi
sumber : freepik

Diawal aklimatisasi pada kondisi rendah oksigen, tubuh akan mengalami alkalosis sebagai dampak kehilangan banyak karbondioksida. Pernyataan tersebut benar. Ketika tubuh mengalami kondisi rendah oksigen (hipoksia), maka pernapasan akan menjadi lebih cepat dan dangkal untuk mengompensasi kurangnya oksigen. Akibatnya, karbondioksida yang dihasilkan oleh tubuh akan dikeluarkan secara berlebihan. Ketika terjadi kelebihan pengeluaran karbondioksida, maka konsentrasi ion hidrogen (H+) dalam darah akan menurun, sehingga pH darah menjadi lebih tinggi atau alkalis (alkalosis respiratorik). Alkalosis respiratorik dapat menyebabkan gejala seperti pusing, kebingungan, mati rasa, kram otot, dan bahkan kejang. Namun, tubuh akan beradaptasi dengan kondisi hipoksia dalam jangka waktu yang lebih lama dengan menghasilkan eritropoietin, hormon yang merangsang produksi sel darah merah untuk membawa lebih banyak oksigen ke seluruh tubuh. Proses ini akan mengoptimalkan pengangkutan oksigen dalam tubuh dan mengurangi kelebihan pengeluaran karbondioksida, sehingga pH darah kembali normal.

Kambing dengan kadar hemoglobin yang tinggi lebih adaptatif untuk tinggal didaerah pegunungan daripada dataran rendah benar atau salah. Pernyataan tersebut benar. Kambing dengan kadar hemoglobin yang tinggi lebih adaptif untuk tinggal di daerah pegunungan daripada dataran rendah. Hal ini disebabkan karena di daerah pegunungan, ketersediaan oksigen dalam udara lebih rendah dibandingkan di dataran rendah karena tekanan atmosfer yang lebih rendah. Oleh karena itu, organisme yang tinggal di daerah pegunungan harus menghasilkan lebih banyak sel darah merah untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh. Kambing dengan kadar hemoglobin yang tinggi memiliki lebih banyak sel darah merah dalam tubuh mereka, sehingga dapat membawa lebih banyak oksigen ke seluruh tubuh. Kondisi ini memungkinkan kambing untuk dapat bertahan hidup di daerah dengan ketersediaan oksigen yang rendah. Selain itu, kambing dengan kadar hemoglobin yang tinggi juga cenderung memiliki daya tahan fisik yang lebih baik. Namun, kadar hemoglobin yang terlalu tinggi juga dapat berdampak negatif pada kesehatan hewan, seperti meningkatkan risiko trombosis dan penyakit jantung. Oleh karena itu, kadar hemoglobin yang optimal untuk setiap spesies hewan dapat bervariasi tergantung pada lingkungan hidupnya.

Kadar myoglobin pada mamalia akuatik secara umum lebih tinggi daripada mamalia kecil terestrial. Pernyataan tersebut benar. Mamalia akuatik secara umum memiliki kadar myoglobin yang lebih tinggi daripada mamalia kecil terestrial. Myoglobin adalah protein yang terdapat pada otot dan berperan dalam mengikat oksigen, sehingga membantu proses pernapasan sel. Mamalia akuatik, seperti paus dan lumba-lumba, membutuhkan suplai oksigen yang cukup selama menyelam untuk mencari makanan atau menghindari predator di air. Oleh karena itu, tingginya kadar myoglobin pada otot mereka membantu meningkatkan kemampuan mereka untuk menahan napas dan tetap bertahan hidup dalam lingkungan air yang memiliki kadar oksigen yang rendah. Sementara itu, mamalia kecil terestrial memiliki sumber oksigen yang lebih mudah diperoleh dari udara. Karena itu, kadar myoglobin pada mamalia kecil terestrial tidak perlu sebesar pada mamalia akuatik. Namun, terdapat beberapa mamalia kecil yang memiliki kadar myoglobin yang tinggi, seperti tikus tanah yang hidup di bawah tanah dan membutuhkan suplai oksigen yang lebih sedikit dari udara.

Proporsi massa limpa dan hati terhadap massa tubuh pada mamalia akuatik lebih rendah dibanding mamalia terestrial. Pernyataan tersebut tidak selalu benar (salah). Proporsi massa limpa (otot dan jaringan tubuh tanpa lemak) dan hati terhadap massa tubuh pada mamalia akuatik dan terestrial dapat bervariasi tergantung pada spesiesnya. Pada umumnya, mamalia akuatik seperti paus dan lumba-lumba memiliki tubuh yang besar dan berat, dengan proporsi massa otot yang besar untuk membantu mereka berenang dan bertahan hidup di lingkungan air. Namun, spesies mamalia akuatik lain seperti beruang laut dan anjing laut memiliki massa tubuh yang lebih rendah daripada paus dan lumba-lumba, dan proporsi massa otot dan hati mereka lebih mirip dengan mamalia terestrial. Sementara itu, proporsi massa otot dan hati pada mamalia terestrial bervariasi tergantung pada spesiesnya dan jenis habitatnya. Contohnya, hewan herbivora seperti sapi dan kuda memiliki massa hati yang lebih besar dibandingkan dengan hewan karnivora seperti kucing dan anjing. Jadi, tidak tepat untuk menyimpulkan bahwa proporsi massa limpa dan hati pada mamalia akuatik lebih rendah dibandingkan mamalia terestrial secara umum. Hal ini tergantung pada spesies dan jenis habitatnya.

Tidak ada komentar untuk "PEMBAHASAN SIMULASI KSN BIOLOGI 2023 NO. 19"