PEMBAHASAN SIMULASI KSN BIOLOGI 2023 NO. 42

 


Proximate cause adalah sebuah penjelasan mengenai bagaimana suatu peristiwa atau fenomena terjadi, dengan menunjukkan urutan langsung dari kejadian-kejadian dan mekanisme yang menghasilkan hasil akhir tersebut. Dalam konteks biologi, proximate cause seringkali merujuk pada faktor-faktor fisik atau biokimia yang langsung mempengaruhi perilaku, fisiologi, atau perkembangan organisme, tanpa memperhatikan tujuan atau konsekuensi evolusionernya. Contohnya, proximate cause dari perilaku burung bersiul saat menunjukkan keberanian dalam menghadapi predator adalah karena adanya rangsangan suara yang dideteksi oleh telinga burung, kemudian diteruskan ke otak dan menghasilkan respons burung bersiul. Namun, proximate cause tidak menjelaskan mengapa burung memiliki perilaku tersebut dari perspektif evolusi atau tujuan evolusionernya.

Ultimate cause adalah penjelasan mengenai alasan evolusioner mengapa suatu peristiwa atau fenomena terjadi atau berevolusi menjadi seperti yang ada saat ini. Ultimate cause melibatkan pertimbangan mengenai seleksi alam, tekanan lingkungan, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi evolusi organisme. Dalam konteks biologi, ultimate cause seringkali merujuk pada bagaimana suatu sifat atau perilaku memberikan keuntungan selektif dalam bertahan hidup dan berkembang biak pada populasi organisme. Ultimate cause menjawab pertanyaan mengapa suatu sifat atau perilaku memiliki nilai keuntungan evolusi yang meningkatkan peluang organisme untuk bertahan hidup dan bereproduksi dalam lingkungan tertentu. Contohnya, ultimate cause dari perilaku burung bersiul saat menunjukkan keberanian dalam menghadapi predator adalah karena perilaku tersebut memberikan keuntungan selektif dalam meningkatkan peluang bertahan hidup dan berkembang biak burung. Burung yang memiliki perilaku demikian mungkin lebih mampu menghindari predator, mempertahankan wilayah kekuasaannya, atau menarik pasangan untuk berkembang biak. Seiring waktu, perilaku ini menjadi bagian dari karakteristik dan sifat evolusi burung yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup dan bereproduksi dengan sukses dalam lingkungan yang berubah-ubah.

Kunang-kunang mengembangkan pola cahaya yang sifatnya spesifik bagi setiap spesies merupakan contoh dari proximate cause. Pernyataan tersebut benar, kunang-kunang mengembangkan pola cahaya yang sifatnya spesifik bagi setiap spesies merupakan contoh dari proximate cause. Pola cahaya yang dihasilkan oleh kunang-kunang terjadi karena mekanisme biokimia yang terjadi dalam tubuh kunang-kunang, seperti reaksi kimia yang melibatkan senyawa luciferin dan enzim luciferase dalam sel khusus pada tubuh kunang-kunang. Mekanisme ini menyebabkan cahaya yang dihasilkan oleh kunang-kunang menjadi unik dan dapat dibedakan dari spesies kunang-kunang yang lain. Namun, untuk menjelaskan mengapa kunang-kunang menghasilkan pola cahaya yang sifatnya spesifik bagi setiap spesies, diperlukan penjelasan ultimate cause, yaitu mengenai keuntungan evolusioner dari pola cahaya tersebut dalam konteks ekologi dan interaksi dengan lingkungan hidup. Contohnya, pola cahaya yang spesifik dapat digunakan untuk menarik pasangan, mempertahankan wilayah kekuasaan, atau mengecoh predator.

Lebah madu yang dikenal dengan perilaku sosial mereka memiliki kesamaan genetik hingga 75% antara anggota koloni merupakan contoh dari proximate cause. Pernyataan tersebut benar, bahwa lebah madu yang dikenal dengan perilaku sosial mereka memiliki kesamaan genetik hingga 75% antara anggota koloni merupakan contoh dari proximate cause. Kesamaan genetik ini terjadi karena anggota koloni lebah madu yang berasal dari satu ratu lebah yang sama, sehingga memiliki sumber genetik yang sama. Proximate cause dalam hal ini menjelaskan mekanisme biologis yang terlibat dalam pembagian tugas dan perilaku sosial dalam koloni lebah madu, seperti perbedaan dalam ekspresi genetik yang terkait dengan tugas masing-masing anggota koloni dan pengaturan perilaku sosial melalui komunikasi kimia antar anggota koloni. Namun, untuk menjelaskan mengapa perilaku sosial ini berkembang dalam koloni lebah madu dan bagaimana hal tersebut memberikan keuntungan evolusi bagi spesies lebah madu, diperlukan penjelasan ultimate cause yang melibatkan faktor-faktor seperti seleksi alam, tekanan lingkungan, dan keuntungan evolusi yang diperoleh melalui perilaku sosial. Contohnya, perilaku sosial dalam koloni lebah madu memungkinkan pembagian tugas yang efisien dan koordinasi dalam mempertahankan sarang dan mengumpulkan makanan, sehingga meningkatkan kemampuan koloni lebah madu untuk bertahan hidup dan bereproduksi.

Perilaku schooling (berenang bersama-sama) pada beberapa jenis ikan terbukti meningkatkan kesuksesan dalam bertahan hidup merupakan contoh ultimate cause. Pernyataan tersebut benar, perilaku schooling (berenang bersama-sama) pada beberapa jenis ikan terbukti meningkatkan kesuksesan dalam bertahan hidup merupakan contoh ultimate cause. Perilaku ini terbentuk melalui seleksi alam sebagai respons adaptif terhadap lingkungan yang dihuni oleh spesies tersebut. Schooling pada ikan memiliki beberapa manfaat evolusioner yang signifikan, seperti meningkatkan kemampuan ikan untuk menghindari predator, mencari makanan, dan bereproduksi. Schooling juga dapat membantu mengurangi energi yang diperlukan untuk berenang dan meningkatkan efisiensi dalam penggunaan sumber daya. Dalam hal ini, ultimate cause menjelaskan bagaimana perilaku schooling pada ikan memberikan keuntungan evolusioner bagi spesies ikan tersebut dalam konteks ekologi dan interaksi dengan lingkungan hidup. Proximate cause dari perilaku ini, di sisi lain, menjelaskan mekanisme biologis yang terkait dengan perilaku ikan dalam berenang bersama-sama, seperti penggunaan indra penglihatan dan komunikasi antar-individu.

Mikrodelesi DNA yang menurunkan sifat sosial dan interaksi antara jantan pada tikus tanah merupakan ultimate cause. Pernyataan tersebut benar, mikrodelesi DNA yang menurunkan sifat sosial dan interaksi antara jantan pada tikus tanah merupakan ultimate cause. Mikrodelesi DNA ini dapat memengaruhi gen yang terkait dengan perilaku sosial dan interaksi antar-individu pada tikus tanah, sehingga memberikan dampak pada kesuksesan reproduksi dan evolusi spesies tersebut. Dalam hal ini, ultimate cause menjelaskan bagaimana mikrodelesi DNA tersebut memberikan keuntungan evolusioner bagi spesies tikus tanah dalam konteks ekologi dan interaksi sosial antar-individu. Proximate cause dari mikrodelesi DNA, di sisi lain, menjelaskan mekanisme biologis yang terkait dengan efek dari hilangnya gen tertentu pada sifat sosial dan interaksi antar-individu pada tikus tanah. Kedua jenis cause ini saling terkait dan saling mempengaruhi dalam menjelaskan berbagai fenomena biologis. Ultimate cause menjelaskan sebab akhir atau alasan evolusioner mengapa suatu sifat atau perilaku muncul, sementara proximate cause menjelaskan mekanisme fisiologis, hormonal, atau genetik yang memicu atau mengontrol perilaku atau sifat tersebut.

Tidak ada komentar untuk "PEMBAHASAN SIMULASI KSN BIOLOGI 2023 NO. 42"