Islam di Andalusia Periode Kerajaan Granada
Sisa wilayah Islam tahun 1300 M
Sisa-sisa
umat Islam di Andalusia itu masih dapat bertahan dan bangun kembali di Granada,
di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan
seperti di zaman Abdurrahman an-Nasir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini
hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Universitas Granada dan Istana Al Hambra
yang termasyhur itu pun dibangun walau di tengah ancaman tentara musuh. Kekuasaan
Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena
perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah
Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain
sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas
kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh
Muhammad ibn Sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan
Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan
penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta. Tentu saja, Ferdenand dan
Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu
tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam
di Spanyol. Abu Muhammad Abdullah IX tidak kuasa menahan serangan-serangan
orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Akhirnya keemasan
Granda Kerajaan Islam terakhir di Andalusia setelah ratusan tahun memencarkan
sinarnya ke seluruh penjuru Eropa hilang dan sirna. Dengan demikian berakhirlah
kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M.
Umat
Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi
meninggal Spanyol. Umat Islam pun terusir dengan pedihnya dari bumi Andalusia.
Hanya yang mau meninggalkan Islam (murtad) yang boleh tinggal. Yang tetap beriman
kepada Allah bersama Raja Abu Muhammad di persilahkan naik ke kapal dan
berlayar menuju Afrika Utara menyeberangi Selat Gibraltar. Kalau dulu Tariq
menyeberanginya dengan kepala tegak penuh semangat dan optimisme, namun Abu
Muhammad berlayar dengan sedih dan menundukkan kepala dengan penuh keaiban.
Tanggal 2 Januari 1492 itu tercatat sebagai pemurtadan besar-besaran yang
pernah terjadi dalam sejarah. Baik Cordova maupun Granada hancur lebur bersama
kitab-kitabnya berikut peradabannya. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak
ada lagi umat Islam di daerah ini.
Istana Al-Hambra
Mengenai
jatuhnya Granada yang merupakan salah satu pusat ilmu pengetahuan ini, ilmuwan
sekelas Emmanuel Deutch berkomentar, “Semua ini memberi kesempatan bagi kami
(bangsa Barat) untuk mencapai kebangkitan (renaissance) dalam ilmu pengetahuan
modern. Oleh karena itu, sewajarnyalah jika kami selalu mencucurkan airmata
manakala kami teringat saat-saat terakhir jatuhnya Granada.” (M. Hashem,
Kekaguman Dunia Terhadap Islam, hlm. 100)
Sumber
Dikutip dari berbagai sumber dengan perubahan sedikit dari penulis tanpa mengubah esensi isinya
Mata Kuliah Tarikh Islam
Tidak ada komentar untuk "Islam di Andalusia Periode Kerajaan Granada"